Kau dan aku, hanya
sisa-sisa potongan perasaan yang terserak dan tak menyatu. Dari percakapan
singkat bermula hingga hati lupa tuk menutup dan mengunci pintu hati yang
tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Hari demi hari kujalani, merasakan
perasaan yang memancar cahaya senja setiap kali senyummu hadir membawa warna
dalam hariku. Masih ada ruang yang tersisa untuk menempatkan perangaimu disisi.
Namun tak ku mengerti pasti arti dari hadirmu. Mungkin ku hanya mengalami
ilusi, membelai bayangmu yang semu, seyummu dan senyumku seolah menjadi taktik
kita tuk saling menyapa.
Semilir angin bernyanyi
sepi, kicauan burung seolah memberi arti bahwa mereka tahu ada seseorang yang
sedang singgah direlung hati. mungkin aku terlalu yakin pada diri ini. Hal yang
terlalu indh bila menjadi nyata. Aku ragu, bisakah yang indah itu bukan hanya
sedekedar ilusi. Aku takut rasa hati ini mengusik raga yang sedang menjaga
hati. andai langit tak bertuhan, ku akan memilih mengatakan bukan
menyembunyikan. Sebab inilah aku dan kau yang memilih ilusi, dibanding sendiri
tak menemukan arti. sebab aku mampu mendefinisikan rasa dihati maka biarlah tak
ada banyak kata yang terungkap pada pertemuan kita. Biarlah begitu saja.
Hingga kini, kau hilang
dalam senyap. Tak bertemu, tak menyapa, yang tersisa hanya bekas senyummu yang
terbayang dalam memoriku. Dan biarlah jarak mengajarkan arti cinta. Dengan
siapa kita merasakan hal yang sama. Bukankah dulu begitu, kita bertemu namun
tak banyak kata yang terucap. Saat tak saling senyum menyapa karena jarak,
sampai kini kau melekat dihatiku tanpa sekat.
Entah apa arti semua
itu, dari jarak aku mulai mengenal rindu. Rasanya yang seperti tetes-tetes
cinta yang membuat penuh rasa ingin menanti. Meski harus ku pahami rinduku
seperti perahu kertas, berjalan mengalir mengikuti arus yang lepas dari tangan
pemiliknya. Terhanyut oleh arus yang mengalir. Entahlah, sampai dimana aku,
adakah yang menyentuh kertas basahku. Ikut melabuh dengan selamat atau malah
tersangkut sebelum dipelabuhan. Tapi itulah rinduku.
Aku mencintai diantara
jarak-jarak yang terselip senyum sapa kita dahulu. Walau rasaku terserak
ditempat yang tak terungkap. Semoga kau masih sediakan ruang untukku dihatimu.
Fitriana lestari
23 juni 2016
No comments:
Post a Comment